Sabtu, 10 Juli 2010

Prologue

Dunia ini ibarat kata sebuah sebuah lempeng magnet besar dimana kekuatannya mengkutub di dua buah ujung yang berbeda. Kutub kekuatan tersebut saling bertolak belakang dan adu tolakan. si Utara tidak pernah mau menggunjungi si Selatan begitu sebaliknya, si Selatan enggan untuk menyambangi si Utara. Namun demikian, dunia ini dibentangi sebuah garis khatulistiwa dimana garis ini menjadi batas yang sangat tipis untuk mempertemukan si Utara dan si Selatan. Seperti juga Yin dan Yang, keduanya dibatasi gradasi batas halus yang mungkin tidak terlihat dalam sekilas pandang. Yap, perbedaan tetaplah perbedaan. Namun perbedaan tidak seharusnya menyediakan ketimpangan akan tetapi keseimbangan. Lalu bagaimanakah menciptakan persamaan dalam perbedaan? serta bagaimanakah Demokrasi bisa jadi titik equilibrium? (terinspirasi dari pengertian multikulturalisme ala Parsudi Suparlan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar